Perpustakakan merupakan salah satu tempat penyimpanan arsip-arsip
sejarah nasional. Naskah adalah salah satu contoh dari arsip sejarah yang
tersimpan di Perpustakaan Nasional. Naskah adalah arsip penting dan perlu
dijaga secara totalitas demi terpelihara kekayaan dari sebuah kebudayaan
nasional.
Berdasarkan kunjungan ke Perpustakaan Nasional beberapa pekan lalu,
bahwasanya cara dan proses pemeliharaan dari sebuah naskah sangat baik. Bahkan
terkesan sangat berlebihan jika dipandang dari sisi orang yang tidak mengerti
tentang pentingnya dari sebuah naskah. Di dalam kuliah singkat yang disampaikan
oleh salah satu karyawan dan sekaligus peneliti di Perpustakaan Nasional yaitu
bapak H. Sanwani. Ia mengatakan bahwa naskah merupakan kekayaan kebudayaan yang
dimiliki oleh suatu bangsa, ia juga menambahakan di Perpustakaan Nasional
terdiri dari berbagai macam jenis naskah yang dituliskan dengan bebepara bahasa
daerah seperti melayu, batak, sunda, jawa, bali, bugis, dan sebagainya. Selain
itu, ia juga mengatakan bahwa naskah yang berbahasa asing juga terdapat disana,
diantaranya bahasa arab, bahasa cina, dan lain-lain.
Naskah yang terdapat di Perpustakaan Nasional menggunakan berbagai
jenis media alas tulis seperti, kertas eropa, kertas lokal, daun lontar, bambu,
kulit kayu, dan jeni-jenis lainnya.
Cara pemeliharaan yang diterapkan oleh petugas Perpustakaan
Nasional sangat luar biasa. Naskah-naskah disimpan di ruangan khusus yang
dinamakan cold storage. Ruang ini dilengkapi dengan air conditionar
(AC) dan cahaya lampu yang cukup redup. Tujuannya supaya stabilitas suhu selalu
terjaga dan tidak menimbulkan asam dan basa yang berlebihan. Karena
ketidakstabilan suhu dan kelebihan asam akan menyebabkan pemudaran kertas dan
ketahanan sebuah kertas semakin berkurang.
Ada cara-cara khusus yang digunakan untuk menyimpan naskah agar
tidak sobek dan rusak. Naskah kertas yang berbentuk bundel buku disimpan diatas
rak-rak yang tersusun secara rapi. Sedangkan naskah dari media bambu, kulit
kayu, dan daun lontar disimpan di dalam peti.
H. Sanwani juga menambahkan cara pengunjung yang ingin membaca
naskah. Ia mengatakan cara membaca naskah yang baik dan benar secara umum,
yaitu jangan meletakkan tangan atau buku lain diatas naskah, membuka lembaran
kertas secara perlahan, dan tidak menggunakan jari yang basah atau mengunnakan
air lidah. Naskah harus memiliki perhatian khusus dan istimewa dari akdemisi
maupun para pencinta naskah. Karena naskah adalah warisan budaya yang harus
selalu dijaga dan diperhatikan oleh setiap individu.
Pepustakaan Nasional menyimpan naskah dengan berbagai macam bahasa.
Naskah yang terbanyak adalah naskah berbahasa Melayu, yang kedua naskah
berbahasa Jawa, naskah berbahasa Arab dan bahasa Sunda di urutan ketiga dan
keempat, dan bahasa lainnya. H. Sanwami juga memeberi sedikit pengetahuan
tentang beberapa nama aksara diantara aksara Jawi, aksara Pegon, dan aksara Rumi.
Aksara Jawi adalah naskah yang berbahasa Melayu dan menggunakan
tulisan Arab. Aksara Pegon adalah naskah yang berbahasa Jawa dan tulisan yang
digunakan adalah tulisan Arab. Sedangkan aksara Rumi adalah aksara yang
berbahasa Melayu tetapi menggunakan tulisan Latin.
Untuk saaat ini, penelitian naskah semakin bertambah karena
didorong dengan adanya beberapa perguruan tinggi yang membuka beberapa program
studi sastra bahasa daerah, seperti Universitas Sumatera Utara (USU) memiliki
jurasan sastra Batak, Universitas Padjajaran (Unpad) memiliki jurusan bahasa Sunda,
Universitas Indonesia dan Universitas Gadja Mada (UGM) memiliki jurusan sastra
Jawa, dan sastra Bugis yag juga diajarkan di Universitas Hasanudin (Unhas).
Jadi, pemeliharaan naskah di Perpustakaan Nasional sangat baik dan
totalitas demi menjaga stabilitas sejarah dan kekayaan kebudayaan nasional.
Perkembangan naskah terus berlanjut dikalangan akademisi maupun pencinta
naskah, serta dengan adanya beberapa perguruan tinggi yang ikut serta memberi
sumbangsih dalam mengembangakan penelitian naskah dengan cara membuka program
studi sastra daerah.
Komentar