Pemilihan kepala daerah atau pilkada merupakan bagian dari pesta
demokrasi yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun sekali. Sesuai dengan
Undang-Undang yang telah di tetapkan pada awal tahun 2015 bahwa pemilihan gubernur,
bupati, dan walikota dilaksanakan setiap lima tahun sekali secara serentak di
seluruh wilayah NKRI. Pemilihan kepala daerah serentak untuk gelombang pertama
akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desmber 2015.
Berkenaan dengan pemihan kepada daerah atau pilkada serentak untuk
gelombang pertama ini melibatkan 269 daerah, termasuk di dalamnya pemilihan
calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi Jambi.
Sesuai apa yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi Jambi bahwasanya
ia telah menetapkan dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yaitu Hasan
Basri Agus dan Edi Prwanto di nomor urut satu, sedangkan di nomor urut dua
adalah Zumi Zola Zulkifli dan Fachrori Umar. Kedua pasangan calon ini memiliki
keistimewaan dan kelebihan masing-masing.
Kita ketahui bersama Hasan Basri Agus merupakan calon gubenur incumbent
yang memiliki prestasi tersendiri dalam pembangunan Provinsi Jambi. Hasan Basri
Agus atau yang sering disapa dengan panggilan HBA memilih calon wakilnya Edi
Purwanto yang mejabat sebagai anggota DPRD Provinsi Jambi sekaligus ketua dewan
pimpinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Provinsi Jambi. Calon
pasangan gubenur dan wakil gubenur ini diusung oleh beberapa partai diantaranya
Partai Demokrat, PDI Perjuangan, Gerindra, dan PKS.
Sedangkan untuk pasangan lainnya yaitu Zumi Zola merupakan Bupati
Tanjung Jabung Timur yang memberanikan diri untuk menuju Provinsi Jambi Satu.
Zumi Zola merupakan salah tokoh muda yang berjiwa besar untuk memimpin Provinsi
Jambi menjadi lebih baik. Zumi Zola memilih pendampingnya dalam pilkada nanti yaitu
Fachrori Umar, yang merupakan wakil gubernur incumbent atau pasangan
gubernur Hasan Basri Agus (HBA) periode 2010-2015. Pasangan ini diusung oleh
PAN, Nasdem, PKB, Hanura, dan PBB.
Menarik untuk dicermati, sesuai dengan apa yang telah di tetapkan
KPU Provinsi Jambi, tidak adanya calon gubernur dan wakil gubenur dari pihak
independen, karena hal ini telah dibuktikan dengan hampir semua partai politik
telah menetapkan pilihan mereka masing-masing dalam mendukung para calon
gubenur dan wakil gubernur Provinsi Jambi. Hanya saja ada dua partai politik
yang belum mengambil sikap secara pasti untuk mendukung ke pihak mana, partai
tersebut yaitu Partai Golkar dan PPP. Ini disebabkan masih adanya permasalahan
intenal di masing-masing partai yaitu terjadinya dualisme kepemimpinan yang
mengakibatkan belum bisa mengambilkan sikap partai yang pasti.
Setelah dicermati, dengan hanya ada dua calon gubenur dan wakil
gubernur ini akan terjadi persaingan yang sangat sengit dalam pemungutan suara
pada 9 Desember nanti. Karena fokus perebutan suara hanya berarah kepada satu
calon lawan, dan ini juga akan menjadi duelisme yang sangat panas. Selain itu,
persaingan ini tidak hanya fokus pada persaingan perebutan suara rakyat saja, tetapi
juga pada kelayakan dalam memimpin Provinsi Jambi yang lebik baik ke depan.
Kelayakan tersebut dapat dilihat dari apa yang ditampilkan oleh kedua calon
gubernur tersebut yaitu pemimpin yang berasal golongan tua yang sudah memiliki
pengalaman dan tidak diragukan lagi atau pemimpin dari golongan muda yang masih
segar dan memiliki semangat juang dalam memajukan Jambi lebih baik.
Isu-isu golongan tua atau golongan muda yang layak dalam memimpin,
ini sudah berhembus kencang dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur tahun
2015. Ini juga menjadi salah satu faktor atau alat serta senjata dalam
memenangkan perebutan kursi menuju Provinsi Jambi Satu. Karena ini tidak
menutup kemungkinan akan terjadi wacana pemimpin muda lebih baik atau pemimpin
tua lebih berpengalaman.
Pemilihan kepala daerah yang bisa disebut dengan “Duelisme antara
HBA dan Zumi Zola” merupakan representasi dari pemilihan Presiden tahun 2014
lalu. Yang mana dampak perebutan kursi presiden itu masih dirasakan sampai saat
ini seperti pergolakan antara KIH dan KMP di legislatif dan hujatan antar media
pendukung, itu semua adalah dampak dari duelisme antara Jokowi dan Prabowo. Hal
ini juga akan menjadi kekhawaatiran jika terjadi duelisme antara HBA dan Zumi
Zola, walaupun skalanya masih tingkat provinsi Jambi. Kekhawatiran ini terletak
pada proses pembangunan Provinsi Jambi ke depan, yaitu sebagimana tim Prabowo
yang selalu menghambat atau menjegal program-program kerja Jokowi. Begitu pula
yang terjadi pada calon gubenur yang menang, akan selalu dikritik dan dihambat
oleh tim gubernur yang kalah.
Pilkada Provinsi Jambi apabila ditinjau dari sejarah, sama seperti
ketika disaat penyelenggaraan persiapan kemerdekaan Indonesia. Yang dimana pada
saat itu terjadi perbedaan pendapat antara kaum muda dan golongan tua. Golongan
tua yang dengan hati-hati dalam mengambil sikap dan keputusan untuk
mempersiapkan kemerdekaan, sedangkan kaum muda mendesak golongan tua untuk
segera menyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini menujukkan
bagaimana cara pikir dan cara sikap antara golongan tua dan golongan muda dalam
memimpin. Ini dapat memberi gambaran kepada masyarakat Jambi dalam memilih gubernur
dan wakil gubernur.
Selain itu, kekhawatiran atau kerentanan yang selalu di terjadi
dalam pilkada atau pun pemihan umum lainnya yaitu politik uang (money
politic). Politik uang sudah merajalela di negara Indonesia, bahkan sudah
menjadi sebuah kelaziman. Melihat kepada duelisme perebutan kursi gubernur
Provinsi Jambi, sangat rawan terjadi politik uang dan kecurangan-kecurangan
lainnya. Karena cara seperti apapun akan bisa terjadi dalam mengambil simpati
rakyat.
Oleh karena itu, manjadi rakyat cerdas dalam pilkada nanti adalah
sesuatu yang sangat ditunggu dan dinanti. Jangan sampai menjadi rakyat yang menjual suara hanya demi uang semata. Karena
rakyat yang cerdas dan baik akan menghasilkan pemimpin yang baik pula. Sesuai
dengan pepatah mengatakan “pemimpin adalah cerminan dari rakyat” apabila pemimpin
baik menunjukkan bahwa rakyatnya baik dan apabila pemimpinnya buruk itu menunjukkan
kondisi rakyat yang buruk.
Ciputat, 06 Nopember 2015
*Mheky
Polanda, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pemerhati
Politik Jambi
Komentar