Langsung ke konten utama

Peluang Petahana di Pemilukada Sarolangun 2017


Pemilihan Umun Kepala Daerah (Pemilukada) serentak 2015 baru saja usai. Telah terpilih beberapa kepala daerah yang siap memimipin daerah mereka masing-masing. Namun, bagaimana dengan Pemilukada serentak 2017 nanti? Kabupaten Sarolangun adalah salah satu kabupaten yang akan mengikuti perhelatan akbar lima tahunan itu.
Menarik untuk kita cermati, bagaimana konstruksi politik di Kabupaten Sarolangun saat ini? Suasana politik menjelang Pemilukada sudah mulai memanas dengan suhu politik yang terus meningkat. Beberapa nama bakal Calon Bupati Sarolangun terus bermunculan, baik itu dari politisi, akademisi, maupun aktivis. Salah satu yang muncul adalah nama Bupati Petahana (incumbent) yaitu Cek Endra.
Menelaah peluang petahana di Pilkada Sarolangun pada 2017 nanti. Pertama, ditinjau dari perahu atau partai pengunsung. Cek Endra telah menyatakan diri siap untuk maju melanjutkan kepemimpinannya di Kabupaten Sarolangun. Namun menariknya, sang Petahana akan terancam tidak memilik perahu berlayar, karena Partai Golkar yang dimana tempat ia bernaung masih dilanda konflik internal yaitu duelisme kepemimpinan. Namun, baru-baru ini berita nasional menyebutkan adanya upaya-upaya untuk menyatukan kembali Partai Golkar terus berhembus, ini merupakan angin segar bagi Cek Endra.
Terlepas dari itu, Cek Endra adalah ketua DPD I Partai Golkar versi Agung Laksono (AL), sedangkan di DPRD Kabupaten Sarolangun partai Golkar memiliki lima kursi parlemen, yang dimana semuanya merupakan kader partai Golkar versi Abu Rizal Bakri (ARB). Sementara partai besar lain yang memiliki kursi di DPRD Sarolangun, hampir semua sudah memiliki kader yang siap dimajukan.
Hal ini tentu akan sangat sulit bagi Bupati Petahana (incumbent) ini untuk maju lagi menjadi Calon Bupati Sarolangun, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun  2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Pada Pasal 40 Ayat 1 berbunyi, Partai Politik atau gabungan Partai Politik dapat mendaftarkan calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPRD atau 25 persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.
Adapun solusi sementara mengenai peluang petahana di Pemilukada Sarolangun 2017, kita ketahui bersama bahwa jumlah kursi di DPRD Kabupaten Sarolangun ada 35 kursi, untuk maju menjadi Calon Bupati minimal harus mendapat dukungan minimal 20 persen yaitu 7 kursi. Oleh karena itu, langka politik yang harus diambil oleh Cek Endra terus melakukan komunikasi politik dengan partai-pertai lain menjelang dibuka masa pencalonan atau melalui jalur independen dengan mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebanyak 8,5 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kabupaten Sarolangun sebagai alternatif.
Kedua, ditinjau dari pasangan bakal calon. Belajar dari Pemilukada 2015 yang lalu, beberapa petahana tumbang, salah satunya Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubenur yaitu pasangan HBA dan Edi Purwanto yang kalah telak dengan selisih mencapai 20 persen. Sebuah selisih yang sangat mengejutkan semua pihak. Ini menandakan bahwa politik dinamis dan bisa berubah kapan saja.
Oleh karena itu, Cek Endra dalam pemilihan pasangan calon harus dapat mendongkrak elektabilitas dan popularitas pasangan calon, tidak cukup hanya dengan mengandalkan kapabilitas pasangan calon semata.
Beberapa media online maupun media cetak di Jambi memberitakan beberapa nama yang bakal mendampingi Cek Endra dalam perebutan BH 1 SZ dan BH 2 SZ yaitu Tontawi Jauhari, Evi Suherman, Hurmin, dan Pahrul Rozi.
Tontawi Jauhari adalah anggota DPRD Kabupaten Sarolangun dari Partai Golkar versi Abu Rizal Bakri, masyarakat Dapil III siap mendukung Tontawi Jauhari mendampingi Cek Endra. Evi Suherman adalah ketua DPW PPP Provinsi Jambi dan Hurmin adalah politisi PPP yang juga anggota DPRD Kabupaten Sarolangun. Sedangkan Pahrul Rozi adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang juga Wakil Bupati Petahana mendamping Cek Endra periode 2011-2016.
Jika memang beberapa nama ini harus dipilh, tentu pertimbangan utama bagi Cek Endra, selain pertimbangan elektabilitas dan politis, juga harus melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan Kabupaten Sarolangun saat ini. Menurut penulis permasalahan penataan birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik selalu menjadi masalah utama bagi pemerintahan daerah. Penulis tidak mengatakan bahwa tata kelola birokrasi saat ini tidak baik, tentu akan menjadi lebih baik jika didampingi orang-orang yang paham dan mengerti urusan birokasi.
Jika dilihat dari empat nama tersebut, hanya nama Pahrul Rozi saja yang memiliki latar belakang birokrasi, namun kita dapat melihat dan menilai hasil kinerja ia selama menjadi Wakil Bupati Sarolangun selama lima tahun terkahir. Tapi, apabila dilihat dengan pertimbangan politis, nama Evi Suherman lebih tepat untuk mendampingi Cek Endra karena posisi jabatan Evi Suherman sebagai DPW PPP Provinsi Jambi secara otomatis tiga kursi DPRD Kabupaten Sarolangun telah memberi dukungan kepada pasangan ini.
Secara elektabilitas nama Evi Suherman cukup dikenal oleh masyarakat Sarolangun, karena ia pernah menjadi Calon Bupati Sarolangun pada tahun 2011 lalu. Selain itu, pertimbangan kedekatan PPP dan PKB yang secara ideologi kultural memiliki misi yang sama, juga dapat menambah tiga kursi DPRD Kabupaten Sarolangun dari kader PKB kepada pasangan ini.
Tetapi masalahnya adalah membaca peta politik saat ini, Evi Suherman masih berkeinginan kuat untuk merebut BH 1 SZ, walaupun pernyataan beliau di media massa masih ambigu. Namun, dalam kondisi seperti ini jika Evi Suherman adalah solusi terbaik sebagai pendamping, tentu seharusnya Cek Endra tidak sungkan untuk duduk bersama membicarakan hal ini. Karena waktu terus berjalan, masyarakat Sarolangun terus menanti.
Jadi, peluang petahana yaitu Cek Endra di Pemilukada Sarolangun 2017 cukup berat. Bisa saja selama memimpin banyak menorehkan luka, maka pemilihan pendamping yang tepat yaitu yang disukai masyarakat salah satu langkah jitu bagi petahana untuk memenangkan hati rakyat.
Ciputat, 28 Januri 2016

*Mheky Polanda, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pemerhati Politik Jambi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis-jenis Sastra Arab

Dalam arti kesusastraa, adab  (sastra) terbagi menjadi dua bagian besar: al-adab al-wasfi (sastra deskriptif) dan al-adab al-insya'i  (sastra fiksi). Al-adab al-wasfi terdiri dari tiga bagian: sejarah sastra ( tarikh al-adab ), kritik sastra ( naqd al-adab ), dan teori sastra ( teori sastra ). Kritik sastra adalah bagian dari al-adab al-wasfi  yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra. Teori sastra ialah bagian al-adab al-wasfi yang membicarakan pengertian-pengertian dasar tentang sastra, dan perkembangan serta kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra dan cara mengkajinya. Sementara sejarah sastra ialah bagian al-adab al-wasfii  yang memperlihatkan perkembangan karya sastra, tokoh tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing tahap perkembangan tersebut. Adapun al-adab al-insya'i  adalah ekspresi bahasa yang indah dalam bentuk puisi, prosa, atau drama yang menggunakan gaya bahasa yan...

Fenomena Bahasa dalam Linguistik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari yang namanya bahasa, tentu hal ini telah menjadi suatu kebiasaan. Bahkan kadang kita tidak menyadari bahwa bahasa itu telah ada pada diri kita, dan bagaimana cara kita menyampaikan informasi, pikiran ataupun perasaan kepada orang lain. Bahasa merupakan sebuah femonena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan, karena untuk mendapatkan sebuah bahasa adalah sebuah keniscayaan yang tidak kita sadari. Bahasa adalah pesan yang ingin disampaikan dari komunikan kepada komunakator berupa lambang-lambang atau simbol-simbol.  Secara lazim orang menyebutkan ilmu bahasa adalah linguistik yang mana menetapkan bahasa sebagai objek kajiannya. Menurut Ibnu Jinni, bahasa adalah bunyi yang diperoleh setiap komunitas untuk mengungkapkan maksud dan tujuan (Hidayatullah, 2012). Sementara itu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan pengertian “bahasa” salah satunya yaitu, sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggot...

UTS Yang Mengecewakan

Kejadian ini terjadi pada hari Rabu 08 Mei 2013, kami melaksanakan ujian tengah semester dengan mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Banyak diantara kami yang tidak menyukai sistem pembelajaran yang dilakukan oleh sang Dosen, karena kami menganggap sang Dosen itu mengajar mata kuliah ini terlalu menekan agar kami bisa mengerti dan memahami dengan mata kuliah ini, padahal kami ini bukan jurusan sejarah. Kami hanya diberikan 5 butir soal, tetapi untuk menjawabnya butuh beberapa lembar kertas jawaban, sehingga hal ini membuat kami bingung bagaimana cara menjawab 5 soal dalam waktu satu jam. Sehingga diantara kami banyak yang menjawab soal dengan asal-asalan, ada juga yang menjawab soal dengan waktu yang panjang dalam satu soal. Setelah satu jam berlalu, kami dipaksa mengumpulkan jawaban. Setelah dikumpulkan, ternyata banyak diantara kami yang tidak menyelesai jawaban dengan lengkap karena waktu yang diberikan tidak cukup lagi. Hal inilah yang membuat kami merasa lucu, karena ban...