Langsung ke konten utama

Fenomena Bahasa dalam Linguistik



Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari yang namanya bahasa, tentu hal ini telah menjadi suatu kebiasaan. Bahkan kadang kita tidak menyadari bahwa bahasa itu telah ada pada diri kita, dan bagaimana cara kita menyampaikan informasi, pikiran ataupun perasaan kepada orang lain. Bahasa merupakan sebuah femonena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan, karena untuk mendapatkan sebuah bahasa adalah sebuah keniscayaan yang tidak kita sadari.
Bahasa adalah pesan yang ingin disampaikan dari komunikan kepada komunakator berupa lambang-lambang atau simbol-simbol.  Secara lazim orang menyebutkan ilmu bahasa adalah linguistik yang mana menetapkan bahasa sebagai objek kajiannya.
Menurut Ibnu Jinni, bahasa adalah bunyi yang diperoleh setiap komunitas untuk mengungkapkan maksud dan tujuan (Hidayatullah, 2012). Sementara itu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan pengertian “bahasa” salah satunya yaitu, sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Dari beberapa pengertian diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bahasa adalah bunyi atau simbol yang diungkapkan oleh penutur untuk meyampaikan pikiran,ide, gagasan, perasaan dan pesan kepada pendengar yang digunakan oleh suatu kelompok masyarakat.
Di masyarakat secara umum, kita sering menemukan ketika penutur bahasa mengungkapkan ide pikirannya kepada pendengar, apa yang ia inginkan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh penutur. Mengapa demikian? Hal seperti ini akan menjadi objek kajian bahasa.
Setiap kata memiliki makna. Tapi kadang makna yang dimiliki kata tersebut tidak mewakili dari kata itu sendiri. Karena terkadang satu kata itu memiliki makna dua atau lebih. Hal ini bisa membuat multi tafsir dan ambiguitas. Sehingga untuk memahami itu kita harus memahami konteks, karena perubahan makna bisa terjadi apabila situasi dan kondisi berbeda.
Kejadian seperti diatas, dapat dikaji dan dianalisis dengan teori polisemi. Sebuah kata atau satuan ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai makna lebih dari satu (Chaer, 2012). Dengan analisis tersebut kita dapat memahami bahasa secara baik, sehingga maksud dan pesan dapat terwakilkan dan tidak menimbulkan kesalahan pada makna.
Berikut beberapa fenomena bahasa yang sering terjadi di masyarakat,
Pertama, bahasa sebagai sebuah sistem simbol terkadang tidak bisa mengungapkan segala realitas yang ada di dunia. Bahasa tidak mewakili dari sebuah relitas, seperti ketika seorang sedang marah dan menghadik kepada temannya dengan mengatakan “Kubu Bukit Dua Belas” dalam hal ini tidaklah menunjukkan arti yang sebenarnya.
Kedua, bahwa bahasa tidak selalu mampu memberikan respons, seperti keyakinan sebagian besar orang bahwa setiap ungkapan bahasa yang dilontarkan oleh penutur  dapat memberikan respons sesuai yang diinginkan penutur. Tetapi kadang dalam kenyataannya ungkapan bahasa yang dilontarkan penutur tidak memberi respons yang diinginkan. Seperti, seorang pemuda jelek menegur seorang gadis cantik, hal ini respons sang gadis akan berbeda ketika seorang pemuda tampan yang menegurnya.
Katiga, ungkapan bahasa menimbulkan makna ganda. Kegandaan arti seperti ini biasanya ditimbulkan kurangnya batasan dan rumusan yang jelas. Kegandaan seperti ini sering ditemukan di dalam bahasa tulis, karena unsur suprasegmental tidak dapar digambarkan secara akurat.
Demikianah beberapa fenomena bahasa yang terjadi di dalam masyarakat umum. Karena peranan bahasa begitu luas dan kompleks bagi kehidupan manusia.





Mheky Polanda, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab

Komentar

Unknown mengatakan…
Best eCOGRA Sportsbook Review & Welcome Bonus 2021 - CA
Looking for https://deccasino.com/review/merit-casino/ an eCOGRA Sportsbook https://tricktactoe.com/ Bonus? At this filmfileeurope.com eCOGRA Sportsbook review, we're talking about a variety of ECCOGRA https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ sportsbook promotions.

Postingan populer dari blog ini

Jenis-jenis Sastra Arab

Dalam arti kesusastraa, adab  (sastra) terbagi menjadi dua bagian besar: al-adab al-wasfi (sastra deskriptif) dan al-adab al-insya'i  (sastra fiksi). Al-adab al-wasfi terdiri dari tiga bagian: sejarah sastra ( tarikh al-adab ), kritik sastra ( naqd al-adab ), dan teori sastra ( teori sastra ). Kritik sastra adalah bagian dari al-adab al-wasfi  yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra. Teori sastra ialah bagian al-adab al-wasfi yang membicarakan pengertian-pengertian dasar tentang sastra, dan perkembangan serta kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra dan cara mengkajinya. Sementara sejarah sastra ialah bagian al-adab al-wasfii  yang memperlihatkan perkembangan karya sastra, tokoh tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing tahap perkembangan tersebut. Adapun al-adab al-insya'i  adalah ekspresi bahasa yang indah dalam bentuk puisi, prosa, atau drama yang menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari g

Idul Adha dengan Mendekatkan Diri Kepada Allah

Idul Adha adalah sebuah perayaan besar bagi umat muslim di dunia. Pengertian Idul Adha secara etimologi ialah hari raya kurban, yang mempunyai makna yaitu meyembelih hewan kurban baik berupa sapi, kerbau, onta, kambing dan onta. Yang mana dagingnya nanti diberikan kepada para faqir dan miskin. Tujuan dari kurban ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kata kurban itu sendiri berasal dari bahasa arab yaitu  Qaraba-Yaqrobu-Qurban , yang mempunyai arti "dekat" yang dalam pengertian lain mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Nabi Ibrahim AS pernah mendapat cobaan yang sangat berat saat diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail AS dari istrinya Siti Hajar. Nabi Ibrahim berkata kepada Nabi Ismail dengan hati yang berat "Hai anakku, aku bemimpi bahwasanya Allah memerintahku untuk menyembelihmu" lalu Nabi Ismail menjawab "Jika itu memang perintah dari Allah laksanakan ayah". Ketika itu usia Nabi Ismail sekitar 9 tahun.